Selasa, 5 November 2013

Scary Movies



Setelah baca tulisan Irra tentang Scary movies, aku jadi teringat lagi keinginan nulis ini.
Aku (ditambah Inot) suka nonton film horror. Jadi selain liat romcom, film horror merupakan pilihan lain buatku. Tapi aku gak suka yang horor bunuh-bunuhan macam rumah dara gitu. Gak suka juga zombie dan semua yang sadis. Tapi kalau horror tak terpecahkan gitu….sukaaa…..
Jaman kuliah dulu, setelah lelah ngantri tiket selama 2 hari buat liat Jelangkung, akhirnya aku dan teman liat di VCD plat B (yu no wot ai min) dengan kualitas seadanya. Waktu itu, seperti yang sering kami lakukan, nginep di rumah D dengan bekal banyak VCD. Yang lain udah pada teler dan gak minat nonton, tinggal aku dan R yang muter itu film diatas jam 12 malem. Gaya? enggak….tapi penasaran. Serem sih, tapi gak ada tuh adegan nutup muka selama nonton, palingan sipitin mata aja :P .
Hasilnya? besok…besok…besoknya lagi…..aku tak berani tidur sendiri…. pas kuliah dulu, aku kan ikut sodara, cuman berdua saja, jadi aku ngungsi tiap malam tidur dikamar ibu P. Adegan yang terbayang-bayang adalah suster ngesot yang datengin kamar cewek itu waktu dia mau tidur……liatnya gak serem, tapi kebawa terus….hik!
Setelah itu, aku kerja dan pindah ke Surabaya. Stop nonton karena udah capek sama kerjaan. Yang ada, gak pernah berani lagi tidur sendiri. Kos harus sekamar berdua, dimana kalau teman kos mudik, aku juga pulang, baliknya mesti barengan.
Begitupun setelah nikah, kalau suami keluar kota, pasti minta ditemenin ibu atau adek. Pokoknya setelah itu, aku tak pernah berani lagi dirumah sendirian. Sampai kemudian ada Inot :)
Setelah punya Inot, gak takut lagi lha sama begituan (gak takutnya duikiiiittt sebenernya). Sama ular aja aku gak takut (selama ularnya ular air yang tak berbisa ya! hehehe). Palingan takuuuttt sama pencuri nekat!
Dan setelah Inot gedhe, mulai lagi deh suka nonton film horor lagi. Tapi sekali lagi aku tetep gak suka horor bunuh-bunuhan. Film horor Jepang bolehlah….tapi horror Thailand agak gak suka, sadis! Dan tetep yang suka diliat yang produk Hollywood, meski The Eye nya kurang nendang.
Apalagi sekarang ini Inot juga suka nontonin film horror bareng aku, tentunya disambi lari-lari plus cereweeeeettt banget nanya kenapa begini, kenapa begitu, kenapa setannya begini…darimana setannya berasal, apakah dideket rumah ada juga…haduhhhh! Tapi nonton berdua selalu seru, ditambah ntar ada komen, ah gak nakutin ya Nda! Ya emang kelas kami cuma Paranormal Activity (sampe ke-4), Insidious, Possession, Mama, Dark Skies, Sinister, Woman in Black dan beberapa lagi sih.
Dan trus, setelah menyukai film horror begini apakah kemudian aku tak takut? tentu saja jawabnya…..aku masih takut cyinnn!!
Dimanapun kita berada, kita berdampingan hidup dengan makhluk yang tak tampak mata kita.
Jadi dimana saja, mereka selain kita, memang ada.
Apalagi di gedung-gedung tua tak terpakai, atau bahkan pabrik-pabrik yang masih beroperasi sekalipun.
Begitu juga di pabrik tempatku bekerja dulu, yang mana konon desas-desusnya, di salah satu bagian, adalah tempat pembuangan mayat jaman PK* dulu. Banyak sekali cerita-cerita bikin merinding yang terdengar.
Tapi yang mau kuceritakan cuman 1 cerita saja, karena ini berhubungan denganku. Terus terang, jangan sampai deh, aku melihat begituan.
Jadi, sebagai staf Admin QC yang biasanya di abuse Manager dan Kadiv QC, aku dan rekan harus siap sedia untuk lembur, terutama kalau akan kedatangan tamu.
Dan malam itu, seperti malam-malam yang sering kulewati, aku berada di ruangan menunggu Manager dan Kadiv yang sedang meeting dengan owner di ruang meeting tak jauh dari ruanganku. Waktu sudah lama melewati jam 9 malam, dan belum ada tanda-tanda meeting akan bubar. Karena sudah lewat dari jam 9 dan masih menunggu yang lain pulang, seorang teman dari bagian HRD masuk ruangan dan berbincang-bincang denganku. Kami hanya berdua. Seluruh ruangan over ruangan Kadiv QC sudah mati lampunya. Sedangkan bentuk ruangan di pabrik dulu adalah separuh tembok separuh kaca, tanpa film.
Entah di menit berapa, pak An the owner, melihat kearah ruanganku melewati tirai (karena ruang meeting tertutup tirai). Yang terjadi kemudian, kadivku melihat melewati tirai, disusul orang lain, disusul Kadivku keluar ruang meeting, dan tak lama kemudian kami pulang.
Ada apa? Pak Kadiv masuk ruanganku bertanya….kamu tadi sama siapa saja Luk? dan tentunya beserta si A bilang kalau kami hanya berdua. Dan pak owner tadi melihat kami, bertiga lho….. ditambah ada seorang lagi yang meyakinkan. Yes, ada orang duduk di sampingku, memakai kerudung hitam! sedangkan kami berdua tak satupun memakai jilbab. Good point is……kami akhirnya pulang! tapi tetepppp seremnya!
———
Kemudian aku pindah kerja. Di ruko 3 lantai, dan kebanyakan berdua saja, dimana teman ada di lantai 1 dan aku di lantai 2. Jika teman ada keluar, otomatis aku sendirian. Tak terhitung rasanya orang yang menyebutku pemberani. Sampai akhirnya setelah lebih dari 3 tahun, aku pindah kantor juga! syukurlah!!!!
Berikut cerita-cerita hantu yang ada di kantor lama, baru berani nulis setelah pindah kantor.
Di kantor lama itu, memang tinggal ‘mbak’ di lantai 3. Setiap kali terpaksa naik ke lantai 3, rasanya tengkuk udah semriwing saja. Di lantai 3 ini ada kantor si Bos yang selama aku kerja disana, tak sekalipun bos duduk disana. Ruang meeting kosong melompong dan gudang yang pintunya otomatis tertutup kalau tidak diganjal. Dan lama kelamaan karena sering ketakutan, aku pindahin barang2 penting di gudang untuk kutaruh dekat dengan mejaku :) dan otomatis gak pernah naik lagi.
Alhamdulillah, selama aku disana aku gak pernah liat. Kalau masalah kecium bau masakan atau parfum di sore hari sih sering (gak mungkin dari tetangga, karena disitu daerah ruko dan keciumnya di lorong yang gak ada akses keluarnya samsek). Dan memang kayanya yang sering diliatin si ‘mbak’ ini adalah kaum Adam. Yang pak Teknisi liat si ‘mbak’ lagi duduk di tangga lha…. yang teman pertama ngerasa si mbak manggil-manggil di tangga lha, dan lain sebagainya.
Tapi yang paling hebbbooohhh adalah cerita ini……
  • Dulu jaman si F (yang mana cerita ini aku dengar dari A yang bekerja bersamanya dulu) ada klien datang ke kantor. Trus setelah klien pergi, si F nelpon (atau mungkin sebaliknya) dan si klien mengatakan sesuatu yang…oh no! si klien nanya (karena kan tiap kali si klien ini nelponnya diterima sama si F) …lha mbak F ini yang mana sih? …dijawab, ya yang bicara dengan Bapak/Ibu tadi….tau gak….menurut pengakuan si klien, di ruangan F yang gedhe itu, tadi ada 2 cewek, ya si F sama 1 lagi ‘mbak’ yang duduk di meja yang posisinya di depan F dan dibelakang si klien….. hiiiii
  • Dari cerita si H (teman yang sekarang), dia lagi dengerin musik kenceng-kenceng. Jadi meja si H ini membelakangi tangga menuju lantai 2 (tempatku berada) dan dibawah tangga ada gudang kertas dimana kertas stock lagi banyak. Jadi selain di lantai 2 sendirian, aku tuh kalau lari ketakutan juga harus melewati lorong…trus tangga berbelok, melewati gudang kertas….lantai 1 baru keluar ke jalan! dan semua bagian itu spooky….hiiiii. oke lanjut….. si H akhirnya matiin musiknya. Gak lama dari itu, dia ngerasa aneh dan pengen noleh ke arah gudang kertas. Bersamaan itu, dia mencium aroma shampoo (dideket gudang kertas ini, kamar mandi lantai 1 berada) dan tau gak apa yang terjadi kemudian? dia liat si ‘mbak’ duduk diatas tumpukan kertas sambil mengayun-ayunkan kakinya. Pelan-pelan dia keluar tanpa gelagat ketakutan. Busuknya, dia minta keluar jam 4 sore (karena gak tahan) dengan alasan mengantar pesanan (ya emang ada pesanan sih) yang kalau keluar jam segitu otomatis gak balik kantor dong! meninggalkan aku (yang saat itu tak tahu) sendirian hingga jam 5 sore. Serammmm
  • Masih cerita H, di suatu sore, dia akhirnya bercerita ke aku (yang berhari-hari mencoba melawan ketakutan) kalau suatu siang dia liat dong ‘mbak’ itu menyisir rambutnya didepan kaca, yang terletak disebelah kamar mandi di gudang kertas itu.
  • Cerita dari H yang terakhir kudengar. Sore itu si H masuk ke ruanganku (dihari yang sama saat dia cerita point diatas ini) sambil bertanya “ada apa mbak?” aku kaget dong! ngerasa gak juga manggil dia. Trus dia bilang….tadi aku manggil dia, sambil berdiri diujung tangga (kepala nongol dari dinding pegangan tangga) menyuruhnya keatas sambil bilang….. “Sa….rinio!” (=Sa…kesini!), dan tentunya aku yang gak ngerasa berlaku seperti itu menolak mentah-mentah dong! kenapa aku susah2 turun hanya untuk memanggilnya, kalau aku bisa pakai telepon? dan sejak kapan pula aku bicara dengan nada seperti itu pada orang lain? aku tak pernah ngomong seperti itu. Dan H pun meneruskan ceritanya, bahwa tadi ada ‘serupa’ aku dibawah tangga, dengan baju dan jilbab fuchsia tepat seperti yang kupakai waktu itu. Dengan sedikit syukur, H tidak memenuhi permintaan ‘serupa aku’ secepatnya. Bayangan ‘serupa aku’ tiba-tiba menghilang di tangga atau lorong lantai 2 terlalu menakutkan untuk dibayangkan. Hik!
Makanya ketika ada wacana pindah kantor, dan melihat situasi kantor pada awalnya, aku shock. Kantor baru, punya 2 lantai, dimana lantai 2 agak2 tertutup begitu. Jadi ketika pak Y ngotot mau memindah kantorku ke lantai 2, aku ngotot juga untuk bilang gak mau. Bahkan dari awal langsung bilang pak bos kalau aku gak mau ditaruh di loteng yang bagiku serupa loteng rumah Sadako begitu. Lha kalau dikantor lama, aku bisa lari dengan (lebih) aman karena tangganya kokoh dan terbuat dari beton, bagaimana nasibku kalau ketakutan di kantor baru, dimana tangganya kayu dan lebih gak aman??? syerammmm. Syukurlah pak Bos memberiku space yang lumayan di lantai bawah dan renovasi besar-besaran yang dilakukan pak Bos membuat kantor baru ini jauh lebih kece. Alhamdulillah.
Jadi, waktu kemaren pindahan, biarpun capek, aku bahagiaaaaaaa luar biasa. Bisa lepas dari gedung spooky itu tanpa harus keluar dari Perusahaan ini.
Oke, sekian!
 
 

Tiada ulasan:

Catat Ulasan