Selasa, 5 November 2013
Legenda Seram Mae Naak
Tidak satupun orang Thailand yang tidak tahu legenda horror Mae Naak (Nang Naak-nama seorang perempuan red). Sampai-sampai ada permainan bernama "Nang Nak" dan ketika namanya disebutkan, anak-anak kecil pasti akan lari berhamburan, menjerit histeris dan kemudian bersembunyi, para ibu di negara Gajah Putih itu juga sering menggunakan nama Nang Naak untuk mendiamkan anak-anak mereka yang sedang rewel, "kalau tidak diam juga, hantu Naak akan mengejar kalian dan memakan kepala kalian dengan saus sambel!" begitu hardik para ibu disana.
Legenda kuno tentang Nang Naak Phra Khanong bahkan telah diabadikan dilayar perak lebih dari 21 kali, melebihi Titanic, filem tsb semuanya menjadi box office di negri Siam itu. Remaja disana tumbuh bersama legenda hantu ini yang juga ditayangkan secara berseri oleh televisi-televisi lokal. Mengenai keberadaan legenda Nang Naak sampai kini masih menjadi misteri. Tidak ada bukti sejarah lain, hanya makamnya di kompleks kuil Mahabute. Namun demikian, banyak orang Thailand percaya bahwa legenda itu benar-benar ada, atau setidaknya sebagian dari legenda itu dipercaya pernah terjadi. Legenda itu menyebutkan bahwa Nang Naak lahir di Phra Khanong sebuah daerah di Bangkok sekitar 130 tahun yang lalu yaitu pada masa-masa terakhir pemerintahan Raja Rama IV (1851-1868) dan kemudian meninggal 18 tahun kemudian disaat persalinannya pada masa rezim Raja Rama ke V (1868 - 1910). Konon legenda ini diawalai dengan kisah cinta dua remaja. Seorang gadis bernama Nang Naak jatuh cinta pada seoran
g pemuda tampan bernama Nai Maak. Mereka tumbuh bersama didesa yang sama, namun hubungan sepasang kekasih ini mendapat tentangan dari keluarga sang pemuda, Nai Maak, yang dikisahkan berasal dari keluarga kaya. Sedangkan si gadis, Nang Naak, hanya berasal dari keluarga sederhana. Tidak peduli bagaimana berkerikil dan atau lancarnya hubungan itu, mereka berdua akhirnya menikah dan hidup bersama. Tak lama setelah pernikahan itu, Nai Maak kemudian menjadi sukarelawan wajib militer berperang melawan Cina, ia meninggalkan pengantinnya yang sedang mengandung dengan kesedihan dan segala ketakutan yang mungkin akan muncul. Nai Maak terluka parah dalam peperangan dan mendapatkan perawatan untuk waktu yang lama disebuah kuil Budha. Istrinya yang setia selalu menantikan kembalinya sang suami dari medan perang, namun hari yang ditunggu tidak pernah muncul sampai akhir hayatnya. Berbulan bulan setelah kepergiannya, hari itu Nai Maak kembali ke desanya, disusurinya sungai yang membelah darat
an dimana ditepian sungai tersebut rumahnya berada. Kampung itu nampak olehnya sepi dan sunyi, ada rasa ragu dihatinya, kemana penduduk desanya...? Kenapa begitu sunyi.........
Namun keraguan itu tak berlangsung lama ketika sosok perempuan yang sedang duduk ditepi rumah panggungnya dibantaran sungai muncul dalam pandangan matanya. Perempuan itu duduk menimang bayinya. Perempuan itu adalah Nang Naak, istrinya dan bayi itu pastilah putranya yang telah lahir ketika ia pergi berperang. Perahunya mulai mendekat, ia tak sabar ingin segera menyapa istri dan anaknya yang telah ia tinggalkan berbulan bulan lamanya. Nai Maak menyapa istri dan bayi mereka dengan suka cita, namun istrinya, Nang Naak, tidak banyak bicara, hanya sorot matanya yang sayu melukiskan kerinduan yang dalam kepada suaminya. Reuni yang agak aneh itu terjadi sangat cepat tapi mengesankan. Mereka berkumpul dan kembali berbahagia. Kehidupan selanjutnya setelah mereka berkumpul bukan hal yang mudah bagi Nai Maak (suami), hari harinya penuh dengan mimpi buruk karena trauma perang. Namun demikian, sebagai istri yang baik, Nang Naak selalu meladeni seluruh kebutuhan suaminya dengan sebaik-baikny
a. Hari berganti hari, bulan berganti bulan, pada suatu pagi terlihat oleh Nai Maak kepala biara datang bersama beberapa pendeta muda lain menuju rumahnya. Kepala pendeta itu dapat melihat suasana rumah Nai Maak yang lusuh, berdebu dan penuh dengan sarang laba-laba rumah itu seperti rumah yang telah ditinggalkan untuk jangka waktu yang sangat lama.
Kepala pendeta telah mendengar kembalinya Nai Maak selesai berperang, namun yang membuat kepala pendeta tsb cemas adalah ceritera penduduk yang dulu pernah menjadi tetangga dekat di kampung yang sama dengan Nai Maak. Mereka mengatakan bahwa kepindahan mereka dari kampung Nai Maak disepanjang tepian sungai adalah karena hantu Nang Naak yang sering bergentayangan menyebar terror di kampung mereka. Nang Naak sebetulnya telah meninggal beberapa bulan yang lalu. Dan Nai Maak pulang kerumah yang sebetulnya tidak berpenghuni. Lalu siapa yang selama ini menemani dan merawat dia..? Apakah betul istrinya Naak? Saat hatinya galau, kepala pendeta itu menyuruhnya untuk melihat Naak yang saat itu sedang (kata Nai Maak) memasak dibelakang rumah, dengan cara membungkukkan badan dan melihat siapa Naak sebenarnya diantara kedua kaki yang dibentangkan. Yang terlihat kemudian oleh Nai Maak adalah peralatan memasak itu bergerak sendiri, tidak ada seorangpun disana. Ini mengerikan, jadi selama ini ha
ntu Nang Naak telah mengelabui penglihatan Maak. Rumah yang selama ini dia lihat begitu bersih dan sejuk tiba-tiba nyata terlihat seperti yang disaksikan kepala pendeta itu: lusuh, berdebu, sangat kotor dan tidak berpenghuni.
Kepala Pendeta itu berkisah Saat itu hari melahirkan tiba, dlm badai Naak berusaha melahirkan bayinya, namun persalinan itu berakhir dengan kematian, bayi itu tidak pernah keluar dari rahimnya, ia mati bersama ibunya. Nang Naak meninggal dalam kesedihan dan kerinduan, matanya terbelalak ketika ia benar-benar dinyatakan meninggal oleh dukun yang membantu persalinan tsb. Para tetangga yang bersimpati (termasuk dukun yang membantu persalinan) membantu membersihkan jenasahnya. Meskipun jenazah Naak langsung dikuburkan di hari ia wafat bersama bayinya secara baik-baik, tapi arwah Naak kemudian bergentayangan. Ketika Maak kembali dari peperangan, hantu Nang Naak menjelma menjadi manusia. Kisah cinta misterius itu serta merta berubah menjadi adegan horror. Saat itu juga begitu mendengar kenyataan yang telah dikisahkan Kepala Pendeta, Nai Maak lari...... dan tersadar bahwa selama ini, ia telah hidup bersama hantu istri dan bayinya. Hantu Nang Naak terus mengikuti kemanapun Maak pergi.
Selama perburuan itu hantu Nang Naak berlaku brutal dan tidak segan membunuh siapa saja yang menghalanginya untuk terus bersama suami yang dicintainya. Untuk melawan hantu Nang Naak, semua penduduk desa mengerahkan dan mendatangkan dukun, para pemuka agama bahkan pengusir setan yang dari berbagai penjuru di Thailand, namun usaha itu sia sia. Hantu yang marah dan selalu menganggap manusia sebagai penghalang cintanya kepada Maak, terus mebunuh siapa saja yang berusaha menghalanginya. Hantu Naak telah berani menantang para pendeta, bahkan hantu Naak tetap mengejar Maak yang telah diamankan di dalam kuil.
Akhirnya seorang pendeta muda yang datang dari daerah yang cukup jauh berhasil menenangkan arwah penasaran Naak,beberapa versi legenda ini percaya, dialah Somdej Phra Puttajan dari Thonburi, pendeta muda yang berhasil mendamaikan arwah Naak dalam kubur, ia khabarnya menggali kembali kubur Naak dan memberi semacam pasak yang konon ditinggalkan oleh Pangeran dari Chumporn pasak bertali itu kemudian dililitkan dikepala Naak, pasak itu kemudian diyakini lenyap. Nai Maak yang berduka kemudian memutuskan untuk menjadi pendeta.
Kini, tempat pemakaman Nang Naak menjadi salah satu tempat yang kerap dikunjungi wisatawan dari berbagai penjuru di Thailand bahkan turis internasional. Makam itu terletak di batas kompleks kuil Mahabute di On Nut, Sukumvit Soi 77, Bangkok. Kini, baik kuil maupun penduduk yang tinggal disekitarnya mendapatkan rejeki dari kepopuleran legenda Nang Naak.
Tertarik mau pergi kesana? Hanya dengan membayar 20 Baht, sudah termasuk paket yang ditawarkan yaitu masuk ke pemakaman, beberapa batang hio, sepotong kertas emas ukuran perangko dan sebatang lilin kuning akan menemani anda mengunjungi makam keramat itu; segenggam anggrek dan sebotol kecil wewangian bisa juga anda dapatkan dengan menambah sedikit uang. Anda juga dapat menemukan patung Mae Naak didalam kuil tersebut.
Bagaimana caranya? Naiklah skytrain ke stasiun On Nut. Disebelah timur Sukhumvit Road, anda akan menjumpai Soi 77. Kuil Mahabute kira-kira 900 meter dari jalan tersebut dan terletak disebelah kiri, disana carilah Soi 7. Kuil tersebut terletak di tepi sungai di akhir jalan Soi 7.
Selamat mencoba!
[heri]
Sumber
Langgan:
Catat Ulasan (Atom)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan