Sebuah
kisah nyata yang sangat fantasis. Sebelas tahun lamanya dia tinggal di
kerajaan Bunian dan membina kehidupan rumah tangga di sana. Saat
memutuskan kembali pulang ke dunia nyata, dia pun menjelma menjadi
seorang dukun yang andal…
Nek
Juhai adalah seorang dukun kampung yang sangat terkenal kemampuan
ilmunya. Penyakit atau hal apa saja yang disebabkan oleh gangguan non
medis, Insya Allah bisa sembuh berkat tangan dingin perempuan yang telah
uzur ini.
Kabarnya, ilmu perdukunan diperoleh Nek Juhai dari saudara suaminya yang berasal dari kerajaan Bunian. Memang, semasa muda dia telah menikah dengan bangsa bunian. Dari pernikahannya dengan orang Bunian ini, Nek Juhai memperoleh empat orang anak, dua laki-laki dan dua orang perempuan. Semua anaknya tinggal bersama mertuanya di kerajaan Bunian. Tidak seorangpun anaknya mau tinggal bersamanya. Meski demikian, pada waktu-waktu tertentu, anak cucunya berkumpul di rumahnya. Kedatangan mereka itu tidak dapat dilihat orang biasa, kecuali oleh mereka yang memiliki kemampuan indera ke enam.
Dua bulan sebelum Nek Juhai meninggal dunia, persisnya di akhir tahun
2007 silam, beliau telah mengobati penyakit salah seorang Bibi Penulis.
Penyakit yang diderita sang Bibi sudah diobati melalui medis, tapi
tidak juga sembuh. Bahkan, beberapa orang dukun atau paranormal yang
mengobatinya, juga tidak berhasil.Kabarnya, ilmu perdukunan diperoleh Nek Juhai dari saudara suaminya yang berasal dari kerajaan Bunian. Memang, semasa muda dia telah menikah dengan bangsa bunian. Dari pernikahannya dengan orang Bunian ini, Nek Juhai memperoleh empat orang anak, dua laki-laki dan dua orang perempuan. Semua anaknya tinggal bersama mertuanya di kerajaan Bunian. Tidak seorangpun anaknya mau tinggal bersamanya. Meski demikian, pada waktu-waktu tertentu, anak cucunya berkumpul di rumahnya. Kedatangan mereka itu tidak dapat dilihat orang biasa, kecuali oleh mereka yang memiliki kemampuan indera ke enam.
Suatu hari, ada orang yang mengatakan pada Bibi, bahwa ada seorang dukun yang dapat menyembuhkan penyakit apa saja, termasuk penyakit yang diderita Bibiku. Orang itu memberikan alamatnya. Karena Bibi ingin sembuh dari penyakit yang sudah hampir selama tujuh itu, maka Bibi meminta Penulis untuk menemaninya pergi berobat ke rumah Nek Juhai. Maka berangkatlah Penulis bersama Bibi ke rumah sang nenek. Tidak sulit untuk menemukan alamatnya. Semua orang di Kecamatan Babalan, Kabupaten Langkat, Sumut, pasti mengenalnya.
Nek
Juhai tinggal di rumah yang cukup sederhana dan masih sangat asri
lingkungannya. Saat itu, Nek Juhai menyambut kedatangan kami dengan
sangat ramah. Beberapa orang pasiennya terlihat antri menunggu giliran
untuk diobati penyakitnya. Umumnya yang berobat padanya pasien yang
tidak dapat disembuhkan melalui pengobatan medis di rumah sakit. Seperti
penyakit yang diderita Bibiku, yang memang diduga kuat termasuk
penyakit non medis. Hasil tes darah di laboratorium menunjukkan Bibi
tidak menderita penyakit. Fungsi darah, lever, ginjal, paru-paru dan
jantungnya normal. Anehnya, setiap pukul 12 siang dan pukul 24 malam,
rasa sakit menyerang hampir di seluruh bagian tubuhnya.
Bila malam, sebelum penyakit itu datang, Bibi mendengar suara lolongan anjing di kejauhan. Suaranya sayup-sayup, hingga sang anjing itu berada di samping rumah. Gonggongannya membuat bibi meraung-raung ketakutan. Perut bibi seketika terasa seperti ditusuk ribuan jarum, dan kepalanya seperti dipalu.
Yang tak kalah aneh, hanya bibi seorang yang mendengar suara lolongan anjing itu, sedangkan orang lain yang berada di sekitarnya tidak mendengarnya.
“Kau diguna-gunai orang, Nak?” Kata Nek Juhai setelah memeriksa keadaan Bibi. “Siapa yang melakukannya, Nek?” Tanya Bibi. Nek Juhai menggelengkan wajahnya. Kabarnya, dia memang tidak pernah mau menyebutkan orang yang melakukan serangan ilmu gaib. “Tak penting kau ketahui siapa orangnya. Yang penting adalah kau bisa sembuh!” Katanya, setengah berbisik.
Nek Juhai kemudian menyiapkan mangkok kaca berisi air putih, bunga rampai dan jeruk purut. Setelah membaca mantera, jeruk purut dia belah menjadi dua bagian sama besar. Salah satu belahan jeruk dia letakkan di telinga kanannya. Aneh, potongan jeruk ini sepertinya dia pergunakan persis tak ubahnya seperti HP. Rupanya, dia berkomunikasi dengan keluarga suaminya yang berada di alam bunian. Misteri hanya mendengar kata-kata yang diucapkan Nek Juhai saja.
Sesaat setelah selesai berhubungan dengan alam gaib, tiba-tiba ada benda berbentuk bundelan di bungkus kain putih jatuh ke dalam mangkok. Sejenak Penulis terperangah melihatnya. Jelas sekali, bundelan kain itu jatuh dari atas, padahal rumah Nek Juhai atapnya terbuat dari seng dan tidak ada orang yang menjatuhkannya.
Perlahan, Nek Juhai membuka bundelan itu dengan sangat berhati-hati. Setelah terbuka, isinya boneka terbuat dari kayu. Seluruh tubuh boneka ditusuk dengan puluhan jarum dari kepala hingga kaki. “Boneka ini diumpamakan seperti tubuhmu, Nak!” Kata Nek Juhai menjelaskan. “Pantaslah jika penyakit Bibi kambuh perut dan kepalanya seperti ditusuk seribu jarum,” gumam Penulis dalam hati. Nek Juhai lalu membungkus boneka kayu itu dan membakarnya hingga hangus. “Sebaiknya kau menginap beberapa malam di rumah Nenek. Ada pengobatan lanjutan yang harus kau jalani. Besok pagi sebelum berkumandang suara adzan Subuh, kau harus mandi air bunga rampai,” tutur Nek Juhai. Tentu saja Bibi dan Penulis menyetujuinya.
Malam
itu, sengaja Penulis mencari kesempatan untuk berbincang-bincang dengan
Nek Juhai. Untunglah, dia punya waktu untuk bercerita karena setelah
pukul 8 malam, dia memang tidak lagi menerima pasien.
“Kata orang-orang, Nenek bersuamikan orang bunian. Bagaimana ceritanya Nenek bisa bersuamikan orang bunian?” Tanya Penulis. Mendengar pertanyaan ini, Nek Juhai hanya tersenyum. “Kau mau mengetahui kisah Nenek bersuamikan orang bunian?” Nek Juhai malah balik bertanya.
Penulis tersenyum. “Ya, itulah yang saya dengar dari banyak orang. Saya harap Nenek sudi menceritakannya pada saya,” ujar Penulis.
Nek Juhai menarik nafas berat. Sorot matanya yang teduh itu berubah kosong, seperti menerawang jauh. Lalu, pelan-pelan dia bertutur. Beginilah ringkasan kisahnya…:
“Kata orang-orang, Nenek bersuamikan orang bunian. Bagaimana ceritanya Nenek bisa bersuamikan orang bunian?” Tanya Penulis. Mendengar pertanyaan ini, Nek Juhai hanya tersenyum. “Kau mau mengetahui kisah Nenek bersuamikan orang bunian?” Nek Juhai malah balik bertanya.
Penulis tersenyum. “Ya, itulah yang saya dengar dari banyak orang. Saya harap Nenek sudi menceritakannya pada saya,” ujar Penulis.
Nek Juhai menarik nafas berat. Sorot matanya yang teduh itu berubah kosong, seperti menerawang jauh. Lalu, pelan-pelan dia bertutur. Beginilah ringkasan kisahnya…:
Saat
aku baru berusia 5 tahun, ayahku meninggal dunia. Setelah ayah
meninggal, Ibu memutuskan tetap menjadi janda. Untuk menghidupiku, Ibu
bekerja mengambil upahan merumput di sawah tetangga.
Memang, setelah kepergian Ayah, hidupku semakin miskin dan penuh dengan penderitaan. Sehari kadang makan hanya sekali. Paman dan bibiku juga hidupnya miskin. Untuk menghidupi keluarganya saja sulit, apalagi untuk membantu aku dan Ibuku. Setelah lama mengidap penyakit asma, Ibuku akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya. Perasaan hatiku sangat sedih, bahkan sampai ada niat untuk bunuh diri. Tapi untunglah hal itu tidak aku lakukan. Selama berhari-hari aku larut dalam kesedihan. Kepergian Ibu rasanya begitu cepat, Kepada siapa lagi aku harus menggantungkan hidupku?
Memang, setelah kepergian Ayah, hidupku semakin miskin dan penuh dengan penderitaan. Sehari kadang makan hanya sekali. Paman dan bibiku juga hidupnya miskin. Untuk menghidupi keluarganya saja sulit, apalagi untuk membantu aku dan Ibuku. Setelah lama mengidap penyakit asma, Ibuku akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya. Perasaan hatiku sangat sedih, bahkan sampai ada niat untuk bunuh diri. Tapi untunglah hal itu tidak aku lakukan. Selama berhari-hari aku larut dalam kesedihan. Kepergian Ibu rasanya begitu cepat, Kepada siapa lagi aku harus menggantungkan hidupku?
Suatu hari di suatu pagi, saat hujan gerimis, aku pergi berziarah ke kuburan Ibu. Lama aku duduk termenung di tengah hujan gerimis. Waktu itu, tiba-tiba terdengar suara seorang Ibu menegurku. “Sudahlah, jangan lagi bersedih. Jika Ibumu tahu kau seperti ini, dia pasti sangat bersedih juga di alam sana!” Kata ibu-ibu itu. Mendengar ada suara, maka aku sangat terkejut dibuatnya.
“Ibu siapa, mengapa Ibu tiba-tiba ada di sini?” Tanyaku merasa heran. Maklum saja, selama ini aku belum pernah melihat sosok perempuan paruh baya ini. Aku begitu terkesima melihat kecantikan wajahnya. Di desaku sepertinya tidak ada perempuan secantik dia. “Nama Ibu Habibah,” sahutnya dengan ramah. Dia lalu tersenyum sambil memandang wajahku.
Sorot
matanya tajam menyejukan perasaan hatiku. Dari busana yang dipakainya
Ibu Habibah, jelas isteri orang kaya. Ini terlihat dari perhiasan emas
yang menghiasi leher dan pergelangan tangannya, serta cincin dijari
manisnya. Aku kian terkagum-kagum melihatnya. “Semua yang hidup akan
merasakan mati. Beberapa hari lalu Ibumu meninggal dunia, suatu saat
kita juga akan mengalami peristiwa yang sama. Kau harus tabah dan ikhlas
menerimanya,” kata Ibu Habibah menasehatiku. “Tapi sekarang aku udah
tidak punya siapa-siapa lagi. Hidupku sebatang kara di dunia ini.
Rasanya lebih baik aku mati saja,” jawabku berkeluh kesah. Air mataku
seketika kembali deras mengalir. “Siapa bilang kau tidak punya
siapa-siapa. Jika kau mau kau bisa tinggal bersama Ibu!” Katanya sambil
mengusap rambutku. Hangat kurasakan menjalar ke sekujur tubuhku.
Mendengar Ibu Habibah berkata demikian, aku merasa tidak percaya. Apakah
aku sedang bermimpi? “Benarkah Ibu mau memberiku tumpangan hidup?”
Tanyaku sambil menyusut air mata. Ibu Habibah tersenyum menyejukan.
“Percayalah, Ibu pasti akan menganggapmu seperti anak Ibu sendiri. Mari
ikut Ibu!” Ajaknya. Dia lalu menuntunku keluar dari areal kuburan.
Di depan tanah pemakaman sudah menunggu mobil sedan mewah. Bagai terhipnotis, aku mengikuti saja ajakan Ibu Habibah, yang menyetir sendiri mobil sedannya.
Sekitar seperempat jam mobil yang dikemudikan Ibu Habibah meninggalkan desaku, ada keanehan yang kurasakan. Semula di kiri kanan jalan aku hanya melihat hamparan persawahan dan rumah-rumah gedek dan semi permanen milik penduduk. Tapi pemandangan yang kulihat kemudian bertukar menjadi perumahan mewah dan jalan beraspal yang sangat licin. Mobil-mobil mewah hilir mudik di jalan raya. Penduduk yang tinggal di sepanjang jalan sepertinya semua keluarga kaya. Mereka tinggal di perumahan elite lengkap dengan fasilitas kemegahannya. Ada kolam renang dan halaman yang asri.
“Bu, kita sekarang berada di mana?” Tanyaku terheran-heran. Maklum saja, selama ini aku memang tidak pernah melihat rumah-rumah mewah seperti yang ada di depan mataku. “Juhai, ketahuilah, kau kini berada di alam gaib. Bangsamu menyebut kami orang bunian,” kata Ibu Habibah menjelaskan.
Mendengar penjelasan Ibu Habibah, jantungku berdebar-debar ketakutan.
“Juhai, jangan cemas dan merasa takut. Ibu akan melindungimu dan menjaga keselamatanmu. Ibu beragama Islam dan sudah berulangkali pergi menunaikan ibadah Haji ke tanah suci Mekkah. Kita ini sesungguhnya bersaudara dan persaudaraan sesama muslim itu digambarkan oleh baginda Rasulullah SAW seperti bangunan tubuh kita. Jika ada salah satu anggota tubuh kita sakit, maka anggota tubuh yang lain juga ikut merasakannya,” jawab Ibu Habibah dengan tutur kata lemah lembut. Dia seolah-olah dapat membaca kegelisahan hatiku.
Mendengar Ibu Habibah berkata begitu, perasaan hatiku menjadi tenang kembali.
Mobil
pun terus bergerak di atas jalan yang amat licin. Tak berapa lama
kemudian, mobil berbelok ke sebuah rumah paling mewah di antara
perumahan yang berada di sekitarnya. “Apakah ini rumah Ibu Habibah?”
Bisik hatiku, heran dan kagum. Halaman rumah itu sangat luas dan tertata
rapih dengan bunga-bunga yang indah. Ada juga kolam renang yang berair
sangat jernih. Menurut hematku, rumah dinas gubernur saja yang pernah
kulihat tidak sebagus dan semewah rumah Ibu Habibah. “Kita sudah sampai.
Ini rumah Ibu!” Kata ibu Habibah. Aku bengong seperti seekor rusa masuk
kampung. Ibu Habibah lalu mengajakku turun dan menuntunku masuk ke
beranda rumah. Di depan pintu, seorang pemuda menyambut kedatangan kami.
“Ibu membawa siapa?” Tanya pemuda itu yang sepertinya adalah putera Ibu
Habibah. Wajahnya sangat tampan. Di kampungku pasti tidak ada remaja
setampan dia.
“Dia bernama Juhai. Ibu temukan dia menangis di pusara kedua orangtuanya,” jawabnya. Lalu sambil melirik ke arahku, Ibu Habibah menyambung, “Juhai, ini anak Ibu. Namanya Haikal!” Aku dan Haikal kemudian saling berjabat tangan. Ketika itu muncul juga seorang anak berusia 10 yang kemudian kuketahui bernama Haidar. Dia adiknya Haikal.
“Dia bernama Juhai. Ibu temukan dia menangis di pusara kedua orangtuanya,” jawabnya. Lalu sambil melirik ke arahku, Ibu Habibah menyambung, “Juhai, ini anak Ibu. Namanya Haikal!” Aku dan Haikal kemudian saling berjabat tangan. Ketika itu muncul juga seorang anak berusia 10 yang kemudian kuketahui bernama Haidar. Dia adiknya Haikal.
Saat
masuk ke dalam rumah, kulihat ruang tamu rumah Ibu Habibah sungguh
megah. Semua perabotan rumahtangga di ruangan itu terbuat dari kayu
pilihan dan berukir indah. Aku terkagum-kagum melihatnya. Ibu Habibah
lalu mengajakku ke kamar yang diperuntukkan buatku. Interior dalam kamar
ini tak ubahnya seperti kamar tidur puteri raja. Ranjangnya terbuat
dari kayu jati dan dilapisi emas, meja rias berukir sangat indah dan
bingkai kacanya dilapisi emas. Dalam kamar tidur ini terdapat juga
toilet yang harum dan bersih.
Aku juga diperlihatkan baju yang disimpan dalam lemari, yang sepertinya juga telah dipersiapkan buatku. Aku terbelalak melihat baju-baju yang semuanya baru dan terbuat dari sutera itu.
Aku juga diperlihatkan baju yang disimpan dalam lemari, yang sepertinya juga telah dipersiapkan buatku. Aku terbelalak melihat baju-baju yang semuanya baru dan terbuat dari sutera itu.
Setelah
aku berganti pakaian dan tak lagi terlihat seperti gadis kampung, namun
telah menjelma bak seorang puteri, aku diminta menghadap di ruang
keluarga. Di ruang ini Ibu Habibah duduk bersama seluruh anggota
keluarganya. Disebelahnya duduk Pak Abu Bakar, suaminya. “Ibu sudah
bercerita pada Bapak tentang dirimu. Bapak sangat terharu mendengarnya.
Tinggallah bersama kami di sini beberapa waktu yang kau kehendaki. Kami
akan mengajarimu ilmu pengobatan berbagai penyakit. Di istana ada
beberapa orang tabib. Nanti Bapak akan meminta mereka mengajarimu ilmu
pengobatan berbagai penyakit.
Ilmu pengobatan itu penting bagimu sebagai bekal hidupmu di duniamu nanti, jika kau memutuskan untuk tinggal di sana.” Papar Ibu Habibah.
“Bapak mohon tinggallah bersama kami beberapa tahun di sini. Bapak dan Ibu telah sepakat mengangkatmu sebagai anak angkat kami. Kami berdua akan menyayangimu seperti menyayangi anak kandung kami sendiri. Kebetulan kami memang tidak dikarunai anak perempuan. Besok kami akan mengadakan acara pengangkatanmu sebagai anak angkat kami agar warga di sini mengetahuinya,” tambah Pak Abu Bakar suami ibu Habibah.
Ilmu pengobatan itu penting bagimu sebagai bekal hidupmu di duniamu nanti, jika kau memutuskan untuk tinggal di sana.” Papar Ibu Habibah.
“Bapak mohon tinggallah bersama kami beberapa tahun di sini. Bapak dan Ibu telah sepakat mengangkatmu sebagai anak angkat kami. Kami berdua akan menyayangimu seperti menyayangi anak kandung kami sendiri. Kebetulan kami memang tidak dikarunai anak perempuan. Besok kami akan mengadakan acara pengangkatanmu sebagai anak angkat kami agar warga di sini mengetahuinya,” tambah Pak Abu Bakar suami ibu Habibah.
Pak
Abu Bakar ini ternyata salah seorang menteri di kerajaan Bunian. Setiap
hari, dia keluar masuk istana raja. Ibu Habibah juga masih kerabat
raja. Ketika aku dinobatkan sebagai anak angkat, semua pembesar istana
datang menghadirinya, termasuk juga rakyat jelata. Yang sangat
membanggakan perasaanku, raja dan permaisurinya turut datang memberikan
ucapan selamat.
Pak Abu Bakar mengadakan pesta rakyat, berlangsung selama tiga hari tiga malam. Aku benar-benar merasa menjadi puteri di negeri kayangan. Aku dikenalkan pada keluarga besar Pak Abu Bakar dan Ibu Habibah. Mereka semuanya baik-baik dan sangat ramah.
Pak Abu Bakar mengadakan pesta rakyat, berlangsung selama tiga hari tiga malam. Aku benar-benar merasa menjadi puteri di negeri kayangan. Aku dikenalkan pada keluarga besar Pak Abu Bakar dan Ibu Habibah. Mereka semuanya baik-baik dan sangat ramah.
Begitulah!
Hari-hari kulalui dengan tinggal di dunia orang Bunian. Kehidupan
disana seperti kehidupan kita di dunia ini. Hanya, di dunia orang
Bunian, matahari selalu bersinar cerah, dan udara dingin sepanjang siang
dan malam. Disana tidak ada polusi udara, karena pepohonan tumbur
subur. Lingkungan hidup tertata rapi. Tinggal bersama keluarga Pak Abu
Bakar, selain bermain, menikmati masa remaja bersama Haikal dan
gadis-gadis sebayaku, pagi hari aku juga belajar ilmu pengobatan dari
tabib istana yang datang ke rumah.
Di sana juga terdapat tempat rekreasi yang berada di luar kota. Aku bersama Haikal sering mengunjungi tempat rekreasi tersebut, hingga akhirnya tumbuh benih cinta di hati kami berdua. Rupanya, Pak Abu Bakar dan Ibu Habibah mengetahui hal ini. Sampai suatu malam, aku dan Haikal dipanggil untuk menghadap mereka. Duduk di hadapan Ibu Habibah dan Pak Abu Bakar, aku menundukkan wajah sebagai orang yang bersalah. Denyut jantungku berdebar-debar tidak beraturan.
Di sana juga terdapat tempat rekreasi yang berada di luar kota. Aku bersama Haikal sering mengunjungi tempat rekreasi tersebut, hingga akhirnya tumbuh benih cinta di hati kami berdua. Rupanya, Pak Abu Bakar dan Ibu Habibah mengetahui hal ini. Sampai suatu malam, aku dan Haikal dipanggil untuk menghadap mereka. Duduk di hadapan Ibu Habibah dan Pak Abu Bakar, aku menundukkan wajah sebagai orang yang bersalah. Denyut jantungku berdebar-debar tidak beraturan.
“Haikal, Ayah ingin bertanya kepadamu. Mohon dijawab dengan jujur. Apakah kau mencintai Juhai?” Tanya Pak Abu Bakar tiba-tiba.
“Benar, Ayah! Haikal sangat mencintainya,” jawab Haikal.
“Bagaimana denganmu Juhai? Apakah kau mencintai Haikal?” Tanya Ibu Habibah. Aku hanya mengangguk malu-malu. “Karena kalian sudah saling mencintai, Ayah dan Ibu akan menikahkan kalian besok pagi,” kata Pak Abu Bakar memutuskan. Aku terkejut mendengar keputusan Pak Abu Bakar. “Mengapa pernikahan itu dilangsungkan mendadak?” Bisik hatiku.
Pernikahan itu benar-benar terjadi. Saat aku membuka jendela kamar, di halaman rumah sudah siap perlengkapan pesta. Bahkan, kamar tidurku sudah dihias seperti laiknya kamar pengantin. “Kapan mereka melakukannya?” Bisik hatiku terheran-heran.
Singkat
cerita, akad nikah telah siap. Saat itu aku teringat pada almarhum Ayah
dan Ibu. Aku menangis terharu dan bahagia, lalu memeluk Ibu Habibah
yang sebentar lagi akan menjadi mertuaku. Resepsi pernikahan berlangsung
selama tujuh hari tujuh malam. Raja dan permaisuri kerajaan Bunian
datang bersama semua pembesar istana. Mereka mengucapkan selamat
berbahagia dan mendoakan agar perkawinan kami langgeng. Rakyat di
kerajaan Bunian larut dalam kegembiraan menikmati makanan dan hiburan
selama tujuh hari tujuh malam.
Demikianlah
kisah yang kujalani di negeri Bunian. Setelah sepuluh tahun membina
rumah tangga, aku dikarunai dua orang putera dan dua orang puteri.
Hingga, suatu malam, nenek bermimpi bertemu dengan almarhum ayah dan
ibu. Dalam mimpi ini mereka menangis karena kuburnya tidak pernah aku
ziarahi. Aku sampai menangis dan berjanji pada mereka akan datang
berziarah.
“Juhai, kau mimpi apa?” Tanya Mas Haikal. Kuceritakan mimpi yang barusan kualami. “Besok kita pergi berziarah. Bawa anak-anak,” kata suamiku. Mendengar suami berkata begitu, aku merasa bahagia.
Ketika kami berziarah di kuburan kedua orangtua, ternyata ada beberapa warga melihat kehadiranku. Mereka tidak percaya. Tapi setelah kuyakinkan, mereka baru percaya bahwa aku adalah Juhai. Rupanya, aku telah menghilang selama 11 tahun lebih.
“Juhai, kau mimpi apa?” Tanya Mas Haikal. Kuceritakan mimpi yang barusan kualami. “Besok kita pergi berziarah. Bawa anak-anak,” kata suamiku. Mendengar suami berkata begitu, aku merasa bahagia.
Ketika kami berziarah di kuburan kedua orangtua, ternyata ada beberapa warga melihat kehadiranku. Mereka tidak percaya. Tapi setelah kuyakinkan, mereka baru percaya bahwa aku adalah Juhai. Rupanya, aku telah menghilang selama 11 tahun lebih.
Berita
kepulanganku setelah 11 tahun menghilang dari desa, menghebohkan warga.
Bibiku, anak-anak keponakanku, semua menangis dan menyambutku dengan
penuh haru. Mereka sampai mengadakan kenduri selamatan dan meminta agar
aku tinggal di desa. Berat rasanya untuk menolak permintaan mereka, juga
berat meninggalkan suami dan anak-anak yang tinggal di alam berbeda.
“Keluargamu memintamu agar kau tinggal bersama mereka. Sebaiknya kau
penuhi keinginan mereka,” kata suamiku menjelang tidur di dalam kamar
rumah Bibi. Tentu saja tak ada seorang pun yang bisa melihat kehadiran
suami dan anak-anakku kecuali aku sendiri.
“Bagaimana dengan dirimu dan anak-anak kita?” Tanyaku. “Anak-anak biarlah tinggal bersama neneknya. Karena kehidupan mereka ada di sana bukan disini. Sedangkan aku bisa setiap saat berada di sisimu, dan kau bisa datang menjenguk anak-anak kita setiap saat,” jawab suamiku. Tapi aku tidak dapat mengambil keputusan saat itu. Kepada keluarga di desa, aku bilang akan bermusyawarah dahulu dengan suami dan mertua. Semoga mereka mengizinkanku tinggal di desa kelahiranku.
Syukur
Alhamdulillah, 11 tahun setelah aku pergi meninggalkan desa, kehidupan
ekonomi Paman dan Bibi membaik. Mereka sudah bisa membangun rumah
gedung. Keponakanku juga bisa sekolah sampai meraih gelar sarjana. Tak
hanya itu, jalan-jalan dikampungku juga sudah dibangun aspal. Bahkan,
Paman juga berjanji akan membuatkan rumah buatku di tanah pusaka
peninggalan almarhum ayahku jika memang aku tinggal menetap di desa\.“Bagaimana dengan dirimu dan anak-anak kita?” Tanyaku. “Anak-anak biarlah tinggal bersama neneknya. Karena kehidupan mereka ada di sana bukan disini. Sedangkan aku bisa setiap saat berada di sisimu, dan kau bisa datang menjenguk anak-anak kita setiap saat,” jawab suamiku. Tapi aku tidak dapat mengambil keputusan saat itu. Kepada keluarga di desa, aku bilang akan bermusyawarah dahulu dengan suami dan mertua. Semoga mereka mengizinkanku tinggal di desa kelahiranku.
Ketika kuutarakan niat kembali ke desa kelahiranku, Ayah dan Ibu mertuaku merestuinya. “Jika itu sudah menjadi keputusanmu dan suami merestuinya, kami tidak bisa bilang apa-apa kecuali mendukung rencanamu. Di desamu kau bisa mengobati berbagai penyakit yang diderita warga disana,” kata Ayah mertuaku. “Terima kasih, Pak!” Jawabku sambil sujud di kakinya.
Setelah berpamitan, aku diantar mobil sedan yang dikemudikan suamiku. Ya, aku memilih pulang ke kampung halamanku yang pernah aku tinggalkan belasan tahun lamanya.
Sumber : Rusli.kisahmistis
Saya Ibu Dian, sudah 5tahun setelah saya menikah namun saya belum punya momongan,
BalasPadamSaya udah berobat kemana-mana secara medis maupun tradisonal namun tidak membuahkan hasil,
Terakhir saya berobat tradisional di seseorang yang berpengalaman hanya melalui telpon/Hp : 0823-2710-2777 atas nama KI AGENG,
Awalnya saya ragu karena hanya melalui telpon tetapi dengan rasa penasaran saya coba hubungi nomor tersebut dan konsultasi,
ternyata KI AGENG mengusai beberapa Ilmu mistis diantaranya :
1.Santet/Teluh
2.Pelet
3.Pesugihan kekayaan
4.pengobatan tradisional segala jenis penyakit
5.Menghilangkan janin dalam kandungan
6.Junjung derajat
7.Meramal jodoh dan rezeki
8.Ilmu kekebalan.
Pada akhirnya saya di obati dari jarak jauh,
1bulan setelah saya di obati jarak jauh saya mulai mual dan sebagainya,
kemudian saya langsung periksa ke ahli kandungan setempat dan alhamdulillah hasilnya positif dan akhirnya saya memiliki seorang anak.
Masukkan ulasan anda... Masukkan komentar Anda... dulu alm. kakek saya seorg paranormal. Saya sbg cucu nya kok nasib saya aneh bngt? Saya spt dikutuk. Saya sial seumur hidup. Dulu saat saya msh kecil, saya sering sakit sakitan shg otak saya jadi goblok dan badan saya jadi letoy, shg saya kalau sekolah, kerja, olahraga, nyari cewek, bergaul dsb,saya sering jadi bahan ejekan org, dibodohi org, didiskriminasi org dsb. Saya di kampung halaman sering difitnah dan dijelekin tetangga, sering dibenci dan dimusuhi teman, dijauhi kerabat, dikucilkan masyarakat dsb, tanpa sebab yg jelas. Kemudian saya merantau, org2 di sana yg laki2 menghina saya, menipu saya, mencuri uang saya, menghajar saya, memfitnah saya, mengkhianati saya dsb. Yg perempuan menolak cinta saya, meremehkan saya, mempermainkan saya, mengejek saya, memanfaatkan saya dsb. Pdhl saya baik, jujur dan suka menolong. Saya kalau kerja sering dimutasi krn dianggap tdk becus bekerja. Saya kalau kerja badan gampang capek, mata berkunang, nafas sesak, dada sakit dan badan lemas. Saya terpaksa pulang kampung, saya malahan nganggur dan jomblo sngt lama sekali, lbh dari 10 thn sampai skrng, tp tdk ada yg mau menolong saya. Semakin lama rasa nya semakin sulit nyari jodoh dan rejeki krn umur semakin tua. Saya buka usaha kecil kecilan di rumah tp hasil nya tdk seberapa dan akhirnya bangkrut. Saya bolak balik ke perantauan utk nyari kerja gagal terus. Saya sdh beberapa thn agak rajin ibadah tp nasib saya tdk berubah. Kakek saya anak cucu nya bnyk yg mati saat balita. Ada yg cacat mental, ada yg sulit jodoh dan rejeki dsb. Murid kakek saya, anak nya juga ada yg cacat mental.
BalasPadamBelum Pernah Menang Dalam Bermain Poker Online ???
BalasPadamAtau Ingin Mendapatkan Penghasilan Tambahan Dengan Modal Yang Sangat Minim???
Segera Daftarkan ID Anda di SmsQQ Yang MerupakanAgen Judi Online Terpercaya
Solusi Yang Tepat Hanya di www(.)SmsQQ(.)com
Kelebihan dari Agen Judi Online SmsQQ :
- Tidak ada settingan apapun dalam permainannya 1000%
- Minimal Deposit Hanya Rp.10.000
- Proses Setor dan Tarik Dana akan di selesaikan dengan cepat,tepat dan akurat.Hanya memerlukan waktu 1-2 menit (Jika Tidak Ada Gangguan)
- Kebanjiran Bonus disetiap Harinya
- Bonus Turnover 0.3%-0.5%
- Bonus Refferal 20% (Seumur Hidup)
-Customer Service bersedia melayani Anda Selama 24 jam dengan pelayanan yang begitu sopan dan ramah.
- Berkerja sama dengan 4 bank lokal : BCA-MANDIRI-BNI-BRI
7 Permainan Dalam 1 ID :
Poker - BandarQ - DominoQQ - Capsa Susun - AduQ - Sakong - Bandar Poker
Untuk Info Lebih Lanjut Dapat menghubungi Kami Di :
BBM: 2AD05265
WA: +855968010699
Skype: smsqqcom@gmail.com
Tunggu Apa Lagi Bosku ?