Oleh: Sholihin Shodiq
Dunia Seram - Menurut keterangan yang pernah kudengar, ditambah lagi dari
pengalaman belajar mengajiku, memang disebutkan dalam salah satu kitab
bahwa rupa jin itu hitam legam dan tinggi besar. Keterangan ini
sepertinya memang benar adanya. Setidaknya aku bisa meyakininya setelah
kualami sendiri sebuah kejadian misterius. Kukatakan misterius karena
peristiwa yang menimpaku ini terjada antara sadar dan tidak. Karena
memang waktu itu aku sepertinya sedang tidur. Dalam konteks ilmu gaib,
peristiwa ini kerap disebut dengan istilah samara.
Ceritanya terjadi beberapa waktu yang lalu. Ketika itu aku sehabis
pulang dari rumah teman, sekitar pukul 23.30 wib. Karena sudah terlalu
malam, aku tidak mendapat pintu. Maksudku, semua penghuni rumah sudah
pulas, sehingga tak ada seorang pun yang mendengar suara pintu yang
kuketuk dengan kuat, atau suaraku yang berulang kali memanggil-manggil
penghuni rumah.
Karena keadaan ini, akhirnya terpaksa aku tidur di mobil tua milik
ayah yang diparkir di halaman rumah. Saking gerahnya, kubuka kacanya
separuh. Angin yang bertiup sepoi-sepoi masuk ke dalam kabin mobil, dan
akhirnya membuatku terlelap tidur.
Anehnya, di tengah malam, antara tidur dan tidak, aku seperti
bermimpi melihat wujud hitam berdiri di atas wuwungan rumah. Namun,
secepat itu sosok misterius tadi sudah berada di atap rumah bagian
depan.
Aku masih memperhatikanya, manakala dia turun lagi dan hingga di atas
mobil. Dalam keadaan seolah masih mimpi, saat itu aku merasakan mobil
bergoyang-goyang. Kemudian makhluk itu melompat dan menginjakkan kakinya
di atas tanah. Aku bahkan membiarkan dia mengintipku dari balik kaca
jendela mobil
Wow! Rupa makhkuk itu sangat menyeramkan. Dia memiliki dua tanduk di
kepalanya. Matanya merah. Gigi taringnya panjang. Telinganya lancip
seperti kelelawar. Wajahnya disuburi dengan banyak bulu hitam. Persis
seperti yang sering divisualkan dalam film horor.
Anehnya, aku biasa saja. Mulanya, sama sekali tak ada ketakutan yang
kualami. Rasa takut yang begitu sangat, timbul setelah aku sadarkan diri
karena mendadak terbangun dari tidur, atau tepatnya keadaan samara itu.
Namun, ketika itu pula si makhluk menghilang. Seketika aku melompat
dari mobil tua, dan berlari ke pintu depan rumah. Kugedor pintu itu
dengan kuat, sampai-sampai ayah yang terbangun sempat memarahiku. Namun,
tak segera kuceritakan kejadian aneh itu.
Atas kejadian aneh yang kualami, aku tak dapat mengatakan, bahwa itu
adalah mimpi ataupun nyata. Yang pasti, aku mengalaminya cukup lama.
Buktinya, saat aku tersadar waktu sudah menunjukkan pukul 03 dinihari.
Padahal, saat masuk ke dalam mobil itu baru sekitar pukul 23.45.
Jika kubilang hal itu hanya mimpi, namun jelas kejadian itu
sedemikian nyata. Sulit kukatakan bahwa itu hanya bunga tidur semata.
Karena tak tahan memandam misteri ini, akhirnya kuadukan ini pada
ayah. Betapa aku kaget, sebab ternyata ayah membenarkannya. Menurutnya,
kejadian yang kualami itu bukan sekedar mimpi. Ayah sendiri mengaku
pernah mengalaminya. Sama seperti aku. Pada awalnya ayah juga menganggap
hal itu seolah-olah hanya mimpi.
Apakah kejadian aneh itu ada hubungannya dengan rumah yang kami tempati?
Ya, kami sekeluarga memang tinggal di sebuah rumah tua yang
sebenarnya milik Uwaku. Beliau memang dinas dan sudah menetap di
Kalimantan. Karena Uwak tak mau mengontrakkan rumah ini kepada orang
lain, maka daripada kosong beliau meminta kami sekeluarga untuk
menempatinya.
Bangunan rumah ini memang tergolong salah satu bangunan yang paling
tua di lingkungan kami. Kami merasa betah dan nyaman tinggal diatas
tanah yang luasnya sekitar 500 meter persegi itu karena suasananya sejuk
dengan berbagai macam tanaman.
Kejadian pada malam itu akhirnya terlupakan seiring dengan sang
waktu. Setelah ayahku pensiun, semua keluarga pindah ke kampung halaman
kami. Aku yang belum berkeluarga terpaksa menempati rumah ini seorang
diri, karena memang aku tak enak untuk menolak permintaan Uwakku,
terlebih beliau bersedia memberiku sejumlah uang untuk biaya
pemeliharaannya. Intinya, Uwa tetap mengharapkan agar rumah miliknya itu
jangan sampai dikosongkan.
Ada beberapa kejadian mistis yang dialami ayahku saat masih tinggal
di rumah ini. Salah satunya yakni sering terdengarnya suara tangis dan
tawa seorang wanita. Uniknya, hal ini cuma dialami oleh ayah sendiri.
Tak jarang ayah sering diganggu, dicolek, atau dikelitik sewaktu tidur.
Mulanya, ayah mengira yang mengganggunya adalah ibuku yang tidur di
sampingnya.
Kejadian aneh juga pernah dialami seluruh penghuni rumah. Ini
persisnya berlangsung saat malam-malam terakhir sebelum ayah dan semua
keluarga pindah ke kampung halaman, kecuali aku.
Suatu malam sekitar pukul 23.00 WIB. Setelah hujan reda, kami
sekeluarga dikejutkan dengan suara ketukan pintu yang disertai ucapan
salam seorang wanita. Tapi setelah dibuka olehku, ternyata tidak ada
siapapun.
Kejadian aneh ini berlangsung dua malam berturut-turut. Karena
penasaran, akhirnya kami bersepakat untuk mencoba menjebak si tamu
misterius itu. Dengan berbagai cara yang diatur, kami berhasil melihat
siapa sebenarnya yang telah membuat keresahan itu. Ternyata benar! Dia
seorang perempuan. Usianya sudah tua. Hal ini diketahui ayah sendiri
yang tidur di dalam mobil. Sedang aku dan kedua kakak yang tidur di
dekat pintu yang akan diketuk, tidak sempat melihat seperti yang
dikatakan oleh ayah.
Begitulah keanehan di dalam rumah tua itu. Aku selalu berdoa dalam
hati, mudah-mudahan sepanjang aku menempati rumah Uwak ini tidak terjadi
apa-apa. Aku tetap memberanikan diri, namun dengan ditemani saudaraku
misanku, yakni Acep dan Jajat setiap malamnya.
Pada malam pertama dan malam-malam berikutnya saat aku menempati
rumah tersebut, suasananya biasa-biasa saja. Tetapi menginjak dua minggu
berikutnya, untuk pertama kalinya aku dibuat tidak tenang.
Ketika berkumandangnya adzan shubuh, aku bergegas mengambil air
wudhu. Tapi apa yang terjadi? Aku mendengar suara seorang yang mendehem
dengan begitu menggema dari dalam kamar mandi. Karena kejadian ini,
akhirnya sholat shubuhku terpaksa kutunda hingga di ujung waktu sampai
tidak kudengar lagi suara mendehem yang menggetarkan nyali itu.
Pikirku, mungkin suara dehem itu adalah jin. Maksudku jin muslim.
Konon, jin-jin yang taat kepada Tuhannya, saling berebut wudhu apabila
mendengar masuknya waktu sholat. Benarkah? Entah, aku tak bisa
memastikannya.
Berawal dari kejadian ini, aku sudah merasa ada makhluk lain yang
memperhatikan gerak-gerikku. Buktinya, ketika suatu malam Acep dan Jajat
tidak dapat menemaniku, sewaktu aku terlambat melakukan sholat Isya jam
sembilanan, aku mendengar suara lembut yang mengucapkan lafadz amin.
Ini terjadi tatkala rampungnya surat Al Fatihah yang kubaca, seakan-akan
ada yang mengikutiku menjadi makmum di belakangku.
Spontan saja aku kaget. Namun, dengan tabah kuteruskan sholatku sampai salam.
Beberapa jam setelah kejadian itu, ketika aku hendak buang air besar
di tengah malam, aku dibuat panik dengan padamnya lampu kamar mandi yang
terjadi secara tiba-tiba. Sepertinya ada yang mematikan dengan
terdengarnya pijitan kontak lampu yang kebetulan berada di luar pintu.
Beberapa saat aku diam saja. Tapi saking dibuat kesal, aku nekad untuk membentaknya.
“Hei! Siapa diluar?Jangan macam-macam. Ayo nyalakan!” Berulangkali aku membentak, namun tetap saja tidak ada jawaban.
“Heh, tolol! Kamu orang apa setan sih?” benatakku denan kesal. “Ayo, nyalakan goblok!” hardikku pula.
Setelah kukeluarkan semua perkataan kasar itu, barulah lampu menyala.
Bersamaan dengan lampu menyala, kubuka pintu secepat mungkin. Aku sudah
nekad betul ingin melihat makhluk apa sebenarnya yang telah
mempermainkanku itu. Tetapi tidak kulihat siapapun, atau setidaknya
terlintas sesuatu yang aneh.
Bulu kudukku meremang….
Karena semakin dibuat tidak tenang, untuk menambah suasana rumah agar
hidup, akhirnya aku mempunyai gagasan untuk membuka usaha
kecil-kecilan, yakni sebuah tempat penyewaan buku. Ruang bacaan sengaja
kuletakkan di ruang depan. Kunamakan tempat penyewaan buku itu “Taman
Bacaan Merpati”.
Bersamaan setelah berjalannya taman bacaan kawanku, Gilas, akhirnya
kuijinkan pula untuk bergabung denganku. Gilas memang ingin mengudarakan
pemancar radionya, karena memang sudah lama dia ingin punya lokasi
studio di pinggir jalan. Dengan menggunakan ruangan pojok paling
belakang, yang tidak jauh dari sumur itu, siaran radio yang punya nama
“Baronx FM” itupun akhirnya berkumandang.
Suasana di rumah bertambah ceria dengan sering dikunjungi fans-fans
radio maupun orang-orang yang menyewa buku. Kini, aku merasa lebih
tenang dan terhibur.
Tetapi tunggu dulu! Suatu hari, aku tidak percaya dengan pengakuan
Bandi, salah seorang crew Baronx. Katanya, dia pernah melihat perempuan
misterius sewaktu siaran. Saat itu menjelang maghrib. Bandi bermaksud
akan memanteng acaranya yang sudah usai dengan menghadirkan
tembang-tembang kerohanian. Namun, sebelum mengakhiri siarannya, dari
celah-celah kayu pintu studio, dia terkesima melihat seorang perempuan
yang tengah berdiri memperhatikannya di pinggir sumur tua yang sudah
tidak difungsikan itu. Namun sekejap mata saja, perempuan itu
menghilang. Keadaan rumah maupun studio yang saat itu kebetulan tidak
ada siapa-siapa , membuat Bandi ketakutian. Dia ngacir tidak karuan.
Hal yang sama pernah dialami juga oleh Agus Sulay, crew Baronx
lainnya, sewaktu dia ketiduran di ruang studio. Sekitar pukul 02.30, dia
terusik dengan kehadiran seorang wanita yang sedang bercermin
membelakanginya. Perempuan itu sama seperti yang dikatakan Bandi,
mengenakan daster kuning muda, berambut panjang dam sedikit beruban. Dan
ketika perempuan itu menoleh, Agus seperti mengalami shock, karena rupa
wanita itu menyeramkan.
“Bopeng-bopeng korengan seperti mengidap cacar!” cerita Agus. Tetapi
yang dilihat Bandi berbeda, justru cantik walau terkesan pucat pasi.
Yang lebih unik lagi kejadian yang menimpa Gilas. Pemuda yang dienal
pemberani dan banyak tingkah ini bahkan pernah ditelanjangi
habis-habisan sewaktu mencoba tidur di ruang studio.
Yang tidak habis pikir lagi kejadian yang menimpa Kang Otong, salah
seorang temanku. Peristiwanya berlangsung sewaktu dia mendapat giliran
menunggu taman bacaan. Di siang bolong itu Kang Otong disatroni hantu
pocong. Setelah muncul sesaat, makhluk ini menelusup ke dalam gudang.
Karena berbagai keanehan yang terjadi, hanya dalam waktu tujuh bulan,
akhirnya Gilas mengakhiri masa kontraknya denganku. Dia mencari lagi
pangkalan studionya.
Setelah kpergian awak Baronx, suasana rumah kembali sunyi. Pengunjung
taman bacaan pun semakin menusut. Namun, pendirianku tetap tidak ingin
menelantarkan rumah Uwa. Rupanya, kekerasan hatiku ini semakin menjadi
perhatian para bangsa makhluk halus. Hal ini dibuktikan dengan
kejadian-kejadian aneh berikut. Jajat misalnya. Dia pernah bermimpi
dititipi bungkusan kain yang berisikan pakaian. Bungkusan ini diberikan
oleh seorang wanita yang tidak jelas wajahnya.
“Katanya, bungkusan kain itu ada di sekitar pekarangan rumah ini,” kata Jajat menceritakan mimpinya.
Karena penasaran, kami pun mencarinya. Aneh, ternyata benar. Seperti
yang dikatakan perempuan itu, bungkusan kain dimaksud kami temukan di
sela-sela tembok pembatas rumah. Adapun pakaian di dalamnya berjumlah
enam buah, diantaranya 2 kain kebaya, 1 kerudung warna ungu, 1 daster
warna kuning seperti dikatakan Bandi, 1 kain untuk mengikat pinggang
warna hitam, dan 1 pakaian khas perempuan lanjut usia warna ungu.
Setelah penemuan ini, sekaligus untuk menjernihkan suasana, akhirnya
kami mencoba untuk menelusuri latar belakang rumah Uwa yang sudah lama
aku huni tersebut. Aku pun menghadirkan Paman Wandy, yaitu pamannya Acep
yang kebetulan pandai dengan ilmu kebathinan.
Ketika berkenan datang ke rumah tua itu, Paman Wandy memperhatikan
sumur tua, kamar mandi, gudang, dan semua tempat yang sudah kami
ceritakan.
“Auranya memang beda,” ujar paman Wandy ketika kami berada di dalam
ruangan yang pernah jadi markas Baronx FM. Kemudian dia
menghentak-hentakkan kakinya pada tegel yang sebagian sudah retak.
Lantas dibukanya salah satu tegel itu.
“Dari dulunya memang sudah begini,” kataku menjelaskan ketika ditemui
banyaknya rayap beserta tanahnya yang terasa gembur. Paman Wandy
mengambil tanah tersebut.
Dengan membawa segenggam tanah yang disimpan dalam kantong plastik,
Paman Wandy pamit pulang. Usai melakukan ritualnya, dia baru
menyampaikan apa yang telah dilihatnya dengan mata batin.
Dikatakannya bahwa di bawah tegel yang sering ditemui banyak rayap
dan tanahnya selalu gembur itu, tersimpan sebuah peti peninggalan dari
seorang kakek.
“Maksud Paman harta karun?” tanyaku, penasaran.
Paman Wandy menggeleng pelan. “Peti yang berukuran cukup besar itu,
hanya berisikan benda-benda keramat. Disamping itu ada sebuah peti yang
dikerumumi oleh para jin jahat yang jumlahya 31 macam. Tidak mudah
diambil dan dimiliki oleh sembarang orang,” jelas Paman Wandy dengan
mimik serius.
Menurut Paman Wandy, benda-benda pusaka berjumlah 11 buah dan
tersimpan di dalam peti itu akan diwariskan kepada 11 orang pula yang
pernah merawat tempat yang sekarang menjadi milik Uwaku. “Mereka adalah
para hamba Allah yang telah dianggap sempurna imannya. Entah siapa? Yang
pasti, para jin jahat itu pun berkeinginan untuk memilikinya,” tambah
Paman Wandy.
Yang terasa unik, Paman Wandy juga berhasil menjalin kontak batin
dengan seorang kakek berjubah yang disebut sebagai Jin Muslim yang coba
mengamankan benda-benda pusaka tersebut dari keinginan para Jan Kafir
yang memperebutkannya. Dari kontak batin ini diperoleh pula informasi
bahwa rentang 2008-2010, akan terjadi musibah besar di negeri ini.
Malapetaka yang terjadi, bisa berupa kejadian alam atau segala sesuatu
yang dibuat oleh manusia sendiri.
Tentang sosok perempuan yang selama ini sering menggoda kami,
ternyata bernama Nyi Ratu Dewi Sari Alam. Namun biasa dipanggil Nyi
Rambut Kasih, lantaran memang dia memiliki rambut yang begitu elok dan
selalu mengasihi (merawat) tubuhnya. Dia masih titisan darah ningrat,
keturunan salah satu kerajaan Pasundan, yakni Pangeran Sumedang.
Menurut riwayat, Nyi Rambut Kasih mencari kakeknya yang hilang.
Karena selalu gagal, akhirnya dia putus asa dan mengakhiri masa hidupnya
dengan cara bunuh diri. Melihat demikian, dayang setianya bernama Nyi
Demang Pakuningrat, melakukan hal yang sama.
Sumber
Tiada ulasan:
Catat Ulasan